Archive for Januari 2016
1. Pengertian Masyarakat
R.Linton adalah seorang ahli antropologi
mengemukakan, bahwa masyarakat adalah setiap kelompok manusia yang telah cukup
lama hidup dan bekerja sama, sehingga mereka ini dapat mengorganisasikan
dirinya berfikir tentang dirinya dalam satu kesatuan sosial dengan batas-batas
tertentu
M.J. Herskovits mengatakan bahwa masyarakat adalah kelompok individu yang di organisasikan dan mengikuti satu cara hidup tertentu
J.L Gillin dan J.P Gillin mengatakan bahwa masyarakat adalah kelompok manusia yang terbesar yang mempunyai kebiasaan,tradisi,sikap,dan perasaan persatuan yang sama
Masyarakat Perkotaan
Masyarakat perkotaan sering disebut juga
urban community. pengertian masyarakat kota lebih ditekankan pada sifat-sifat
kehidupannya serta ciri-ciri kehidupannya yang berbeda dengan masyarakat
pedesaan. Ada beberapa ciri yang menonjol pada masyarakat kota, yaitu:
1.
Kehidupan keagamaan berkurang bila dibandingkan dengan kehidupan keagamaan di
desa. Kegiatan-kegiatan keagamaan hanya setempat di tempat-tempat peribadatan,
seperti: masjid, gereja. sedangkan diluar itu, kehidupan masyarakat berada
dalam lingkungan ekonomi, perdagangan. Cara kehidupan demikian mempunyai
kecenderungan ke arah keduniawian, bila dibandingkan dengan kehidupan warga
masyarakat desa yang cenderung ke arah keagamaan
2.
Orang kota pada umumnya dapat mengurus dirinya sendiri tanpa harus bergantung
pada orang-orang lain. Yang terpenting disini adalah manusia perorangan atau
individu. Di kota-kota kehidupan keluarga sering sukar untuk disatukan, sebab
perbedaan kepentingan, paham politik, perbedaan agama, dan sebagainya
Perbedaan Desa dan Kota
·
Jumlah dan kepadatan penduduk
·
Lingkungan hidup
·
Mata pencaharian
·
Corak kehidupan sosial
·
Stratifikasi sosial
·
Mobilitas sosial
·
Pola interaksi sosial
·
Solidaritas sosial
·
Kedudukan dalam hierarki sistem administrasi
nasional
2. Hubungan Desa dan Kota
Masyarakat pedesan dan perkotaan bukanlah dua
komunitas yang terpisah sama sekali satu sama lain. Bahkan dalam keadaan yang
wajar diantara keduanya terdapat hubungan yang erat, bersifat ketergantungan,
karena di antara mereka saling membutuhkan. Kota tergantung pada Desa dalam
memenuhi kebutuhan warganya akan bahan-bahan pangan seperti beras, sayur-mayur,
daging dan ikan. Desa juga merupakan sumber tenaga kasar bagi jenis-jenis
pekerjaan tertentu dikota, misalnya saja buruh bangunan dalam proyek-proyek
perumahan, proyek pembangunan atau perbaikan jalan raya atau jembatan dan
tukang becak.
3. Aspek Positif dan Negatif
Perkembangan kota merupakan manifestasi dari
pola kehidupan sosial, ekonomi, kebudayaan dan politik. Kesemuanya ini akan
dicerminkan dalam komponen-komponen yang membentuk struktur kota tersebut.
Jumlah dan kualitas komponen suatu kota sangat ditentukan oleh tingkat
perkembangan dan pertumbuhan kota tersebut. Secara umum dapat dikenal bahwa
suatu lingkungan perkotaan, seyogyanya mengandung 5 unsur yang meliputi:
1.
Wisma : Unsur ini merupakan bagian ruang kota yang dipergunakan untuk tempat
berlindung terhadap alam sekelilingnya , serta untuk melangsungkan
kegiatan-kegiatan sosial dalam keluarga.
2.
Karya : unsur ini merupakan syarat yang utama bagi eksistensi suatu kota,
karena unsur ini merupakan jaminan bagi kehidupan bermasyarakat.
3.
Marga : Unsur ini merupakan ruang perkotaan yang berfungsi untuk menyelenggarakan
hubungan antara suatu tempat dengan tempat lainnya di dalam kota (hubungan
internal), serta hubungan antara kota itu dengan kota-kota atau daerah lainnya
(hubungan eksternal).
4.
Suka : Unsur ini merupakan bagian dari ruang perkantoran untuk memenuhi
kebutuhan penduduk akan fasilitas-fasilitas hiburan, rekreasi, pertamanan,
kebudayaan dan kesenian
5.
Penyempurnaan : Unsur ini merupakan bagian yang penting bagi suatu kota, tetapi
belum secara tepat tercakup kedalam ke empat unsur diatas, termasuk fasilitas
keagamaan, pekuburan kota, fasilitas pendidikan dan kesehatan, jaringan
utilitas umum
4. Pengertian Desa/Pedesaan
Menurut Sutardjo Kartohadikusuma desa adalah
suatu kesatuan hukum dimana bertempat tinggal suatu geografi, sosial, ekonomi,
politik dan kultural yang terdapat disitu(suatu daerah) dalam hubungannya dan
pengaruhnya secara timbal-balik dengan daerah lain.
Sedangkan menurut Paul H. Landis desa adalah
penduduknya kurang dari 2.500 jiwa.
dengan ciri-cirinya sebagai berikut :
·
Mempunyai pergaulan hidup yang saling kenal
mengenal antara ribuan jiwa
·
Ada pertalian perasaan yang sama tentang kesukaan
terhadap kebiasaan
·
Cara berusaha(ekonomi) adalah agraris yang paling
umum yang sangat dipengaruhi alam seperti : iklim, keadaan alam, kekayaan alam,
sedangkan pekerjaan yang bukan agraris adalah bersifat sambilan
Hakikat dan Sifat Masyarakat Pedesaan
1.
Konflik(Pertengkaran)
Ramalan
orang kota bahwa masyarakat pedesaan adalah masyarakat yang tenang dan harmonis
itu memang tidak sesuai dengan kenyataan sebab yang benar dalam masyarakat
pedesaan adalah penuh masalah dan banyak ketegangan.
2. Kontraversi (Pertentangan)
Pertengkaran ini bisa disebabkan oleh perubahan konsep-konsep kebudayaan
(adat-istiadat), psikologi atau dalam hubungannya dengan guna-guna (black
magic). Para ahli hukum adat biasanya meninjau masalah kontraversi
(pertentangan) ini dari sudut kebiasaan masyarakat
3. Kompetisi (Persiapan)
Sesuai dengan kodratnya masyarakat pedesaan adalah manusia-manusia yang
mempunyai sifat-sifat sebagai manusia biasanya yang antara lain mempunyai
saingan dengan manifestasi sebagai sifat ini. Oleh karena itu maka wujud persaingan
itu bisa positif dan bisa negatif.
4. Kegiatan pada Masyarakat Pedesaan
Masyarakat Pedesaan mempunyai penilaian yang tinggi terhadap mereka yang
dapat bekerja keras tanpa bantuan orang lain. Jadi jelas masyarakat pedesaan
bukanlah masyarakat yang senang diam-diam tanpa aktivitas, tanpa adanya suatu
kegiatan tetapi kenyataannya adalah sebaliknya.
Sistem Nilai Budaya Petani Indonesia
Sistem nilai budaya petani indonesia antara
lain sebagai berikut :
·
Para petani indonesia di Jawa pada dasarnya
menganggap bahwa hidupnya itu sebagai sesuatu hal yang buruk, penuh dosa,
kesengsaraan. Tetapi itu tidak berarti bahwa ia harus menghindari hidup yang
nyata dan menghindarkan diri dengan bersembunyi di dalam kebatinan atau dengan
betapa, bahkan sebaliknya wajib menyadari keburukan hidup itu dengan jelas
berlaku prihatin dan kemudian sebaik-baiknya dengan penuh usaha atau ikhtiar.
·
Mereka beranggapan bahwa orang bekerja itu untuk
hidup, dan kadang-kadang untuk mencapai kedudukannya
·
Mereka berorientasi pada masa ini (sekarang),
kurang memperdulikan masa depan, mereka kurang mampu untuk itu.
·
Mereka mengaggap alam tidak menakutkan bila ada
bencana alam atau bencana lain itu hanya merupakan sesuatu yang harus wajib
diterima kurang adanya agar peristiwa-peristiwa macam itu tidak berulang
kembali.
·
Dan untuk menghadapi alam mereka cukup dengan hidup
bergotong-royong, mereka sadar bahwa dalam hidup itu pada hakikatnya tergantung
kepada sesamanya
Unsur-Unsur Desa
Daerah, dalam arti tanah-tanah yang produktif
dan yang tidak, beserta penggunaannya, termasuk juga unsur lokasi, luas dan
batas yang merupakan lingkungan geografis setempat.
Penduduk adalah hal yang meliputi jumlah
pertambahan, kepadatan, persebaran dan mata pencaharian penduduk desa setempat.
Tata kehidupan, dalam hal ini pola pergaulan
dan ikatan-ikatan pergaulan warga desa. Jadi menyangkut seluk-beluk kehidupan
masyarakat desa (rural society).
Ketiga unsur desa ini tidak lepas satu sama
lain, artinya tidak berdiri sendiri, melainkan merupakan satu kesatuan
Unsur daerah, penduduk dan tata kehidupan
merupakan suatu kesatuan hidup atau "Living Unit"
Faktor lingkungan geografis memberi pengaruh
juga terhadap kegotongroyongan ini misalnya saja:
·
Faktor topografi setempat yang memberikan suatu
ajang hidup dan suatu bentuk adaptasi kepada penduduk
·
Faktor iklim yang dapat memberikan pengaruh positif
maupun negatif terhadap penduduk terutama petani-petaninya
·
Faktor bencana alam seperti letusan gunung, gempa
bumi, banjir, dan sebagainya yang harus dihadapi dan dialami bersama
Fungsi Desa
Pertama, dalam hubungannya dengan kota, maka
desa yang merupakan "Hiterland" atau daerah dukung berfungsi sebagai
suatu daerah pemberian bahan makanan pokok seperti padi, jagung, ketela,
di samping bahan makanan lain seperti kacang, kedelai, buah-buahan, dan bahan
makanan lain yang berasal dari hewan
Kedua, desa ditinjau dari sudut potensi
ekonomi berfungsi sebagai lumbung bahan mentah (raw material) dan tenaga kerja
(man power) yang tidak kecil artinya.
Ketiga, dari segi kegiatan kerja (Occupation)
desa dapat merupakan desa agraris, desa manufaktur, desa industri, desa
nelayan, dan sebagainya.
Desa-desa di Jawa banyak berfungsi sebagai
desa agraris. Beberapa desa diJawa sudah dapat pula menunjukkan
perkembangan-perkembangan yang baru, yaitu dengan timbulnya industri-industri
kecil di pedasaan dan merupakan "Rural Industries"
Menurut Sutopo Yuwono :"salah satu
peranan pokok desa terletak di bidang ekonomi. Daerah pedesaan merupakan tempat
produksi pangan dan produksi komoditi ekspor. Peranan yang vital menyangkut
produksi pangan yang akan menentukan tingkat kerawanan dalam jangka pembinaan
ketahanan nasional. Oleh karena itu, peranan masyarakat pedesaan dalam mencapai
sasaran swasembada pangan adalah penting sekali, bahkan bersifat vital.
Dari uraian di atas, maka secara singkat
ciri-ciri masyarakat pedesaan di indonesia pada umumnya dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1.
Homogenitas sosial
2.
Hubungan Primer
3.
Kontrol Sosial yang ketat
4.
Gotongroyong
5.
Ikatan Sosial
6.
Magis Religius
7.
Pola Kehidupan
5. Urbanisasi dan Urbanisme
Urbanisasi adalah suatu proses berpindahnya
penduduk dari desa ke kota atau dapat pula dikatakan bahwa urbanisasi merupakan
proses terjadinya masyarakat perkotaan. Proses urbanisasi dapat terjadi dengan
lambat maupun cepat, hal mana tergantung daripada keadaan masyarakat yang
bersangkutan. Proses tersebut terjadi dengan menyangkut dua aspek yaitu:
·
Perubahannya masyarakat desa menjadi masyarakat
kota
·
Bertambahnya penduduk kota yang disebabkan oleh
mengalirnya penduduk yang berasal dari desa-desa (pada umumnya disebabkan
karena penduduk desa merasa tertarik oleh keadaan dikota)
Sehubungan dengan proses tersebut di atas,
maka ada beberapa sebab yang mengakibatkan suatu daerah tempat tinggal
mempunyai penduduk yang baik. Artinya adalah, sebab suatu daerah mempunyai daya
tarik sedemikian rupa, sehingga orang-orang pendatang semakin banyak. Secara
umum dapat dikatakan bahwa sebab-sebabnya adalah sebagai berikut:
·
Daerah yang termasuk menjadi pusat pemerintahan
atau menjadi ibukota (seperti contohnya Jakarta)
·
Tempat tersebut letaknya sangat strategis sekali
untuk usaha-usaha perdagangan/perniagaan, seperti misalnya sebuah kota
pelabuhan atau sebuah kota yang letaknya dekat pada sumber-sumber bahan-bahan
maupun jasa-jasa
·
Timbulnya industri di daerah itu, yang
memproduksikan barang-barang maupun jasa
Menurut Koentjaraningrat, suatu masyarakat
desa menjadi suatu persekutuan hidup dan kesatuan sosial didasarkan atas dua
macam prinsip:
·
Prinsip hubungan kekerabatan (geneologis)
·
Prinsip hubungan tinggal dekat/teritorial
Prinsip ini tidak lengkap apabila yang
mengikat adanya aktivitas tidak diikutsertakan, yaitu :
·
Tujuan khusus yang di tentukan oleh faktor
ekologis,
·
Prinsip yang datang dari "atas" oleh
aturan dan undang-undang
6. Perbedaan Masyarakat Pedesaan Dengan
Masyarakat Perkotaan
1. Lingkungan Umum dan Orientasi Terhadap Alam
2.
Pekerjaan atau Mata Pencaharian
3.
Ukuran Komunitas
4.
Kepadatan Penduduk
5.
Homogenitas dan Heterogenitas
6.
Diferensiasi Sosial
7.
Pelapisan Sosial
8.
Mobilitas Sosial
9.
Interaksi Sosial
10.
Pengawasan Sosial
11. Pola
Kepemimpinan
12.
Standar Kehidupan
13.
Kesetiakawanan Sosial
14. Nilai
dan Sistem Nilai
1. Pengertian Masyarakat
R.Linton adalah seorang ahli antropologi
mengemukakan, bahwa masyarakat adalah setiap kelompok manusia yang telah cukup
lama hidup dan bekerja sama, sehingga mereka ini dapat mengorganisasikan
dirinya berfikir tentang dirinya dalam satu kesatuan sosial dengan batas-batas
tertentu
M.J. Herskovits mengatakan bahwa masyarakat adalah kelompok individu yang di organisasikan dan mengikuti satu cara hidup tertentu
J.L Gillin dan J.P Gillin mengatakan bahwa masyarakat adalah kelompok manusia yang terbesar yang mempunyai kebiasaan,tradisi,sikap,dan perasaan persatuan yang sama
Masyarakat Perkotaan
Masyarakat perkotaan sering disebut juga
urban community. pengertian masyarakat kota lebih ditekankan pada sifat-sifat
kehidupannya serta ciri-ciri kehidupannya yang berbeda dengan masyarakat
pedesaan. Ada beberapa ciri yang menonjol pada masyarakat kota, yaitu:
1.
Kehidupan keagamaan berkurang bila dibandingkan dengan kehidupan keagamaan di
desa. Kegiatan-kegiatan keagamaan hanya setempat di tempat-tempat peribadatan,
seperti: masjid, gereja. sedangkan diluar itu, kehidupan masyarakat berada
dalam lingkungan ekonomi, perdagangan. Cara kehidupan demikian mempunyai
kecenderungan ke arah keduniawian, bila dibandingkan dengan kehidupan warga
masyarakat desa yang cenderung ke arah keagamaan
2.
Orang kota pada umumnya dapat mengurus dirinya sendiri tanpa harus bergantung
pada orang-orang lain. Yang terpenting disini adalah manusia perorangan atau
individu. Di kota-kota kehidupan keluarga sering sukar untuk disatukan, sebab
perbedaan kepentingan, paham politik, perbedaan agama, dan sebagainya
Perbedaan Desa dan Kota
·
Jumlah dan kepadatan penduduk
·
Lingkungan hidup
·
Mata pencaharian
·
Corak kehidupan sosial
·
Stratifikasi sosial
·
Mobilitas sosial
·
Pola interaksi sosial
·
Solidaritas sosial
·
Kedudukan dalam hierarki sistem administrasi
nasional
2. Hubungan Desa dan Kota
Masyarakat pedesan dan perkotaan bukanlah dua
komunitas yang terpisah sama sekali satu sama lain. Bahkan dalam keadaan yang
wajar diantara keduanya terdapat hubungan yang erat, bersifat ketergantungan,
karena di antara mereka saling membutuhkan. Kota tergantung pada Desa dalam
memenuhi kebutuhan warganya akan bahan-bahan pangan seperti beras, sayur-mayur,
daging dan ikan. Desa juga merupakan sumber tenaga kasar bagi jenis-jenis
pekerjaan tertentu dikota, misalnya saja buruh bangunan dalam proyek-proyek
perumahan, proyek pembangunan atau perbaikan jalan raya atau jembatan dan
tukang becak.
3. Aspek Positif dan Negatif
Perkembangan kota merupakan manifestasi dari
pola kehidupan sosial, ekonomi, kebudayaan dan politik. Kesemuanya ini akan
dicerminkan dalam komponen-komponen yang membentuk struktur kota tersebut.
Jumlah dan kualitas komponen suatu kota sangat ditentukan oleh tingkat
perkembangan dan pertumbuhan kota tersebut. Secara umum dapat dikenal bahwa
suatu lingkungan perkotaan, seyogyanya mengandung 5 unsur yang meliputi:
1.
Wisma : Unsur ini merupakan bagian ruang kota yang dipergunakan untuk tempat
berlindung terhadap alam sekelilingnya , serta untuk melangsungkan
kegiatan-kegiatan sosial dalam keluarga.
2.
Karya : unsur ini merupakan syarat yang utama bagi eksistensi suatu kota,
karena unsur ini merupakan jaminan bagi kehidupan bermasyarakat.
3.
Marga : Unsur ini merupakan ruang perkotaan yang berfungsi untuk menyelenggarakan
hubungan antara suatu tempat dengan tempat lainnya di dalam kota (hubungan
internal), serta hubungan antara kota itu dengan kota-kota atau daerah lainnya
(hubungan eksternal).
4.
Suka : Unsur ini merupakan bagian dari ruang perkantoran untuk memenuhi
kebutuhan penduduk akan fasilitas-fasilitas hiburan, rekreasi, pertamanan,
kebudayaan dan kesenian
5.
Penyempurnaan : Unsur ini merupakan bagian yang penting bagi suatu kota, tetapi
belum secara tepat tercakup kedalam ke empat unsur diatas, termasuk fasilitas
keagamaan, pekuburan kota, fasilitas pendidikan dan kesehatan, jaringan
utilitas umum
4. Pengertian Desa/Pedesaan
Menurut Sutardjo Kartohadikusuma desa adalah
suatu kesatuan hukum dimana bertempat tinggal suatu geografi, sosial, ekonomi,
politik dan kultural yang terdapat disitu(suatu daerah) dalam hubungannya dan
pengaruhnya secara timbal-balik dengan daerah lain.
Sedangkan menurut Paul H. Landis desa adalah
penduduknya kurang dari 2.500 jiwa.
dengan ciri-cirinya sebagai berikut :
·
Mempunyai pergaulan hidup yang saling kenal
mengenal antara ribuan jiwa
·
Ada pertalian perasaan yang sama tentang kesukaan
terhadap kebiasaan
·
Cara berusaha(ekonomi) adalah agraris yang paling
umum yang sangat dipengaruhi alam seperti : iklim, keadaan alam, kekayaan alam,
sedangkan pekerjaan yang bukan agraris adalah bersifat sambilan
Hakikat dan Sifat Masyarakat Pedesaan
1.
Konflik(Pertengkaran)
Ramalan
orang kota bahwa masyarakat pedesaan adalah masyarakat yang tenang dan harmonis
itu memang tidak sesuai dengan kenyataan sebab yang benar dalam masyarakat
pedesaan adalah penuh masalah dan banyak ketegangan.
2. Kontraversi (Pertentangan)
Pertengkaran ini bisa disebabkan oleh perubahan konsep-konsep kebudayaan
(adat-istiadat), psikologi atau dalam hubungannya dengan guna-guna (black
magic). Para ahli hukum adat biasanya meninjau masalah kontraversi
(pertentangan) ini dari sudut kebiasaan masyarakat
3. Kompetisi (Persiapan)
Sesuai dengan kodratnya masyarakat pedesaan adalah manusia-manusia yang
mempunyai sifat-sifat sebagai manusia biasanya yang antara lain mempunyai
saingan dengan manifestasi sebagai sifat ini. Oleh karena itu maka wujud persaingan
itu bisa positif dan bisa negatif.
4. Kegiatan pada Masyarakat Pedesaan
Masyarakat Pedesaan mempunyai penilaian yang tinggi terhadap mereka yang
dapat bekerja keras tanpa bantuan orang lain. Jadi jelas masyarakat pedesaan
bukanlah masyarakat yang senang diam-diam tanpa aktivitas, tanpa adanya suatu
kegiatan tetapi kenyataannya adalah sebaliknya.
Sistem Nilai Budaya Petani Indonesia
Sistem nilai budaya petani indonesia antara
lain sebagai berikut :
·
Para petani indonesia di Jawa pada dasarnya
menganggap bahwa hidupnya itu sebagai sesuatu hal yang buruk, penuh dosa,
kesengsaraan. Tetapi itu tidak berarti bahwa ia harus menghindari hidup yang
nyata dan menghindarkan diri dengan bersembunyi di dalam kebatinan atau dengan
betapa, bahkan sebaliknya wajib menyadari keburukan hidup itu dengan jelas
berlaku prihatin dan kemudian sebaik-baiknya dengan penuh usaha atau ikhtiar.
·
Mereka beranggapan bahwa orang bekerja itu untuk
hidup, dan kadang-kadang untuk mencapai kedudukannya
·
Mereka berorientasi pada masa ini (sekarang),
kurang memperdulikan masa depan, mereka kurang mampu untuk itu.
·
Mereka mengaggap alam tidak menakutkan bila ada
bencana alam atau bencana lain itu hanya merupakan sesuatu yang harus wajib
diterima kurang adanya agar peristiwa-peristiwa macam itu tidak berulang
kembali.
·
Dan untuk menghadapi alam mereka cukup dengan hidup
bergotong-royong, mereka sadar bahwa dalam hidup itu pada hakikatnya tergantung
kepada sesamanya
Unsur-Unsur Desa
Daerah, dalam arti tanah-tanah yang produktif
dan yang tidak, beserta penggunaannya, termasuk juga unsur lokasi, luas dan
batas yang merupakan lingkungan geografis setempat.
Penduduk adalah hal yang meliputi jumlah
pertambahan, kepadatan, persebaran dan mata pencaharian penduduk desa setempat.
Tata kehidupan, dalam hal ini pola pergaulan
dan ikatan-ikatan pergaulan warga desa. Jadi menyangkut seluk-beluk kehidupan
masyarakat desa (rural society).
Ketiga unsur desa ini tidak lepas satu sama
lain, artinya tidak berdiri sendiri, melainkan merupakan satu kesatuan
Unsur daerah, penduduk dan tata kehidupan
merupakan suatu kesatuan hidup atau "Living Unit"
Faktor lingkungan geografis memberi pengaruh
juga terhadap kegotongroyongan ini misalnya saja:
·
Faktor topografi setempat yang memberikan suatu
ajang hidup dan suatu bentuk adaptasi kepada penduduk
·
Faktor iklim yang dapat memberikan pengaruh positif
maupun negatif terhadap penduduk terutama petani-petaninya
·
Faktor bencana alam seperti letusan gunung, gempa
bumi, banjir, dan sebagainya yang harus dihadapi dan dialami bersama
Fungsi Desa
Pertama, dalam hubungannya dengan kota, maka
desa yang merupakan "Hiterland" atau daerah dukung berfungsi sebagai
suatu daerah pemberian bahan makanan pokok seperti padi, jagung, ketela,
di samping bahan makanan lain seperti kacang, kedelai, buah-buahan, dan bahan
makanan lain yang berasal dari hewan
Kedua, desa ditinjau dari sudut potensi
ekonomi berfungsi sebagai lumbung bahan mentah (raw material) dan tenaga kerja
(man power) yang tidak kecil artinya.
Ketiga, dari segi kegiatan kerja (Occupation)
desa dapat merupakan desa agraris, desa manufaktur, desa industri, desa
nelayan, dan sebagainya.
Desa-desa di Jawa banyak berfungsi sebagai
desa agraris. Beberapa desa diJawa sudah dapat pula menunjukkan
perkembangan-perkembangan yang baru, yaitu dengan timbulnya industri-industri
kecil di pedasaan dan merupakan "Rural Industries"
Menurut Sutopo Yuwono :"salah satu
peranan pokok desa terletak di bidang ekonomi. Daerah pedesaan merupakan tempat
produksi pangan dan produksi komoditi ekspor. Peranan yang vital menyangkut
produksi pangan yang akan menentukan tingkat kerawanan dalam jangka pembinaan
ketahanan nasional. Oleh karena itu, peranan masyarakat pedesaan dalam mencapai
sasaran swasembada pangan adalah penting sekali, bahkan bersifat vital.
Dari uraian di atas, maka secara singkat
ciri-ciri masyarakat pedesaan di indonesia pada umumnya dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1.
Homogenitas sosial
2.
Hubungan Primer
3.
Kontrol Sosial yang ketat
4.
Gotongroyong
5.
Ikatan Sosial
6.
Magis Religius
7.
Pola Kehidupan
5. Urbanisasi dan Urbanisme
Urbanisasi adalah suatu proses berpindahnya
penduduk dari desa ke kota atau dapat pula dikatakan bahwa urbanisasi merupakan
proses terjadinya masyarakat perkotaan. Proses urbanisasi dapat terjadi dengan
lambat maupun cepat, hal mana tergantung daripada keadaan masyarakat yang
bersangkutan. Proses tersebut terjadi dengan menyangkut dua aspek yaitu:
·
Perubahannya masyarakat desa menjadi masyarakat
kota
·
Bertambahnya penduduk kota yang disebabkan oleh
mengalirnya penduduk yang berasal dari desa-desa (pada umumnya disebabkan
karena penduduk desa merasa tertarik oleh keadaan dikota)
Sehubungan dengan proses tersebut di atas,
maka ada beberapa sebab yang mengakibatkan suatu daerah tempat tinggal
mempunyai penduduk yang baik. Artinya adalah, sebab suatu daerah mempunyai daya
tarik sedemikian rupa, sehingga orang-orang pendatang semakin banyak. Secara
umum dapat dikatakan bahwa sebab-sebabnya adalah sebagai berikut:
·
Daerah yang termasuk menjadi pusat pemerintahan
atau menjadi ibukota (seperti contohnya Jakarta)
·
Tempat tersebut letaknya sangat strategis sekali
untuk usaha-usaha perdagangan/perniagaan, seperti misalnya sebuah kota
pelabuhan atau sebuah kota yang letaknya dekat pada sumber-sumber bahan-bahan
maupun jasa-jasa
·
Timbulnya industri di daerah itu, yang
memproduksikan barang-barang maupun jasa
Menurut Koentjaraningrat, suatu masyarakat
desa menjadi suatu persekutuan hidup dan kesatuan sosial didasarkan atas dua
macam prinsip:
·
Prinsip hubungan kekerabatan (geneologis)
·
Prinsip hubungan tinggal dekat/teritorial
Prinsip ini tidak lengkap apabila yang
mengikat adanya aktivitas tidak diikutsertakan, yaitu :
·
Tujuan khusus yang di tentukan oleh faktor
ekologis,
·
Prinsip yang datang dari "atas" oleh
aturan dan undang-undang
6. Perbedaan Masyarakat Pedesaan Dengan
Masyarakat Perkotaan
1. Lingkungan Umum dan Orientasi Terhadap Alam
2.
Pekerjaan atau Mata Pencaharian
3.
Ukuran Komunitas
4.
Kepadatan Penduduk
5.
Homogenitas dan Heterogenitas
6.
Diferensiasi Sosial
7.
Pelapisan Sosial
8.
Mobilitas Sosial
9.
Interaksi Sosial
10.
Pengawasan Sosial
11. Pola
Kepemimpinan
12.
Standar Kehidupan
13.
Kesetiakawanan Sosial
14. Nilai
dan Sistem Nilai
BAB 7 Masyarakat Pedesaan dan Masyarakat Perkotaan
1
1.
Ilmu Pengetahuan
Pengertian pengetahuan sebagai istilah filsafat tidaklah sederhana karena bermacam-macam pandangan Aristoteles, bahwa pengetahuan merupakan pengetahuan yang dapat diinderai dan dapat merangsang budi. Menurut Decartes ilmu pengetahuan merupakan serba budi; olehBacon dan David Home diartikan sebagai pengalaman indera dan batin; Menurut Immanuel Kant pengetahuan merupakan persatuan antara budi dan pengalaman; dan teori Phyroo mengatakan, bahwa tidak ada kepastian dalam pengetahuan.
Langkah-langkah dalam memperoleh ilmu dan objek ilmu meliputi rangkaian kegiatan dan tindakan. Dimulai dengan pengamatan, yaitu suatu kegiatan yang diarahkan kepada fakta yang mendukung apa yang dipikirkan untuk Sistematis, kemudian menggolong-golongkan dan membuktikan dengan cara berpikir analitis, sistesis, induktif, dan deduktif. Yang terakhir ialah pengujian kesimpulan dengan menghadapkan fakta-fakta sebagai upaya mencari berbagai hal yang merupakan pengingkaran
2. Teknologi
Dalam konsep yang pragmatis dengan kemungkinan berlaku secara akademis dapatlah dikatakan, bahwa ilmu pengetahuan (body knowledge), dan teknologi sebagai suatu seni (state of art) yang mengandung pengertian berhubungan dengan proses produksi, menyangkutcara bagaimana berbagai sumber, tanah, modal, tenaga kerja dan keterampilan dikombinasikan untuk merealisasi tujuan produksi. "Secara konvensional mencakup penguasaan dunia fisika dan biologis, tetapi secara luas juga meliputi teknologi sosial, terutama teknologi sosial pembangunan (the social technology of development) sehingga teknologi itu adalah metode sistematis untuk mencapai setiap tujuan insani." (Eugene Staley, 1970)Fenomena teknik pada masyarakat kini, menurut Sastrapratedja (1980) memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
Pengertian pengetahuan sebagai istilah filsafat tidaklah sederhana karena bermacam-macam pandangan Aristoteles, bahwa pengetahuan merupakan pengetahuan yang dapat diinderai dan dapat merangsang budi. Menurut Decartes ilmu pengetahuan merupakan serba budi; olehBacon dan David Home diartikan sebagai pengalaman indera dan batin; Menurut Immanuel Kant pengetahuan merupakan persatuan antara budi dan pengalaman; dan teori Phyroo mengatakan, bahwa tidak ada kepastian dalam pengetahuan.
Langkah-langkah dalam memperoleh ilmu dan objek ilmu meliputi rangkaian kegiatan dan tindakan. Dimulai dengan pengamatan, yaitu suatu kegiatan yang diarahkan kepada fakta yang mendukung apa yang dipikirkan untuk Sistematis, kemudian menggolong-golongkan dan membuktikan dengan cara berpikir analitis, sistesis, induktif, dan deduktif. Yang terakhir ialah pengujian kesimpulan dengan menghadapkan fakta-fakta sebagai upaya mencari berbagai hal yang merupakan pengingkaran
2. Teknologi
Dalam konsep yang pragmatis dengan kemungkinan berlaku secara akademis dapatlah dikatakan, bahwa ilmu pengetahuan (body knowledge), dan teknologi sebagai suatu seni (state of art) yang mengandung pengertian berhubungan dengan proses produksi, menyangkutcara bagaimana berbagai sumber, tanah, modal, tenaga kerja dan keterampilan dikombinasikan untuk merealisasi tujuan produksi. "Secara konvensional mencakup penguasaan dunia fisika dan biologis, tetapi secara luas juga meliputi teknologi sosial, terutama teknologi sosial pembangunan (the social technology of development) sehingga teknologi itu adalah metode sistematis untuk mencapai setiap tujuan insani." (Eugene Staley, 1970)Fenomena teknik pada masyarakat kini, menurut Sastrapratedja (1980) memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1. Rasionalitas, artinya
tindakan spontak oleh teknik diubah menjadi tindakan yang direncanakan dengan
perhitungan sosial
2. Artifisialitas, artinya
selalu membuat sesuatu yang buatan tidak alamiah
3. Otomatisme, artinya dalam hal
metode, organisasi dan rumusan dilaksanakan serba otomatis. Demikian pula
dengan teknik mampu mengelimkinasikan kegiatan non-teknis menjadi kegiatan
teknis
4. Teknik berkembang pada suatu
kebudayaan
5. Monisme, artinya semua teknik
bersatu, saling berinteraksi dan saling bergantung
6. Universalisme, artinya teknik
melampaui batas-batas kebudayaan dan ediologi, bahkan dapat menguasai
kebudayaan
7. Otonomi, artinya teknik
berkembang menurut prinsip-prinsip sendiri
Teknik-teknik manusiawi yang dirasakan pada masyarakat teknologi, terlihat dari kondisi kehidupan manusia itu sendiri. Manusia pada saat ini telah begitu jauh dipengaruhi oleh teknik. Gambaran kondisi tersebut adalah sebagai berikut :
· Situasi tertekan
· Perubahan ruang dan
lingkungan manusia
· Perubahan waktu dan gerak
manusia
· Terbentuknya suatu masyarakat
massa
· Teknik-teknik manusiawi dalam
arti ketat
Akibat
kondisi yang dipaparkan tadi, dampak tenik itu sendiri bagi manusia sudah
dirasakan dan fenomenanya nampak. Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan
bagian-bagian yang dapat dibeda-bedakan, tetapi tidak dapat dipisah-pisahkan
dari suatu sistem yang berinteraksi dengan sistem-sistem lain dalam kerangka
nasional seperti kemiskinan.Teknologi tepat guna sering tidak berdaya
menghadapi teknologi barat, yang sering masuk dengan ditunggangi oleh
segilintir orang atau kelompok yang bermodal besar. Ciri-ciri teknologi barat
tersebut adalah :
1. Serba Intensif dalam segala
hal
2. Dalam struktur sosial,
teknologi barat bersifat melestarikan sifat ketergantungan
3. Kosmologi atau pandangan
teknologi barat adalah menganggap dirinya sebagai yang lain, waktu berkaitan
dengan kemajuan secara linier, memahami realitas secara terpisah dan
berpandangan manusia sebagai tuan atau mengambil jarak dengan alam
3.
Ilmu Pengetahuan dan Nilai
Ilmu pengetahuan dan teknologi sering dikaitkan dengan nilai atau moral. Hal ini besar kaitannya tatkala dirasakan dampaknya melalui kebijaksanaan pembangunan, yang ada pada hakikatnya adalah penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi.Masalah nilai kaitannya dengan ilmu pengetahuan dan teknologi ini, menyangkut perdebatan sengit dalam menduduk perkarakan nilai dalam kaitannya dengan ilmu dan teknologi. Sehingga kecenderungan sekarang ada dua pimikiran yaitu, yang menyatakan ilmu bebas dan nilai yang menyatakan ilmut tidak bebas nilai.Ilmu pengetahuan pada dasarnya memiliki tiga komponen penyangga tubuh pengetahuan yang disusunnya yaitu : Ontologis, Epistemologis dan Aksiologis.Komponen Ontologis kegiatannya adalah menafsirkan hikayat realitas yang ada, sebagaimana adanya (das sein), melalui desuksi-desuksi yang dapar diuji secara fisik. Artinya ilmu harus bebas dari nilai-nilai yang sifatnya dogmatik.Komponen Epistemologis berkaitan dengan nilai atau moral pada saat proses logis-hipotesis-verifikasi. Sikap moral implisit pada proses tersebut. Asas moral yang terkait secara eksplisit yaitu kegiatan ilmiah harus ditujukan kepada pencarian kebenaran dengan jujur tanpa menduhulukan kepentingan kekuatan argumentasi pribadi Komponen Aksiologis artinya lebih lengket dengan nilai atau moral. Dimana ilmu harus digunakan dan dimanfaatkan demi kemaslahatan manusia. Ilmu adalah bukan tujuan tetapi sebagai alat atau sarana dalam rangka meningkatkan taraf hidup manusia, dengan memperhatikan dan mengutamakan kodrat dan martabat manusia serta menjaga kelestarian lingkungan alam.
Ilmu pengetahuan dan teknologi sering dikaitkan dengan nilai atau moral. Hal ini besar kaitannya tatkala dirasakan dampaknya melalui kebijaksanaan pembangunan, yang ada pada hakikatnya adalah penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi.Masalah nilai kaitannya dengan ilmu pengetahuan dan teknologi ini, menyangkut perdebatan sengit dalam menduduk perkarakan nilai dalam kaitannya dengan ilmu dan teknologi. Sehingga kecenderungan sekarang ada dua pimikiran yaitu, yang menyatakan ilmu bebas dan nilai yang menyatakan ilmut tidak bebas nilai.Ilmu pengetahuan pada dasarnya memiliki tiga komponen penyangga tubuh pengetahuan yang disusunnya yaitu : Ontologis, Epistemologis dan Aksiologis.Komponen Ontologis kegiatannya adalah menafsirkan hikayat realitas yang ada, sebagaimana adanya (das sein), melalui desuksi-desuksi yang dapar diuji secara fisik. Artinya ilmu harus bebas dari nilai-nilai yang sifatnya dogmatik.Komponen Epistemologis berkaitan dengan nilai atau moral pada saat proses logis-hipotesis-verifikasi. Sikap moral implisit pada proses tersebut. Asas moral yang terkait secara eksplisit yaitu kegiatan ilmiah harus ditujukan kepada pencarian kebenaran dengan jujur tanpa menduhulukan kepentingan kekuatan argumentasi pribadi Komponen Aksiologis artinya lebih lengket dengan nilai atau moral. Dimana ilmu harus digunakan dan dimanfaatkan demi kemaslahatan manusia. Ilmu adalah bukan tujuan tetapi sebagai alat atau sarana dalam rangka meningkatkan taraf hidup manusia, dengan memperhatikan dan mengutamakan kodrat dan martabat manusia serta menjaga kelestarian lingkungan alam.
4.
Kemiskinan
Kemiskinan lazimnya dilukiskan sebagai kurangnya pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup yang pokok. Dikatan berada dibawah garis kemiskinan apabila pendapatan tidak cukupuntuk memenuhi kebutuhan hidup yang paling pokok seperti pangan, pakaian, tempat berteduh dan lain-lain. (Emil Salim, 1982)Atas dasar ukuran ini maka mereka yang hidup dibawah garis kemiskinan memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
Kemiskinan lazimnya dilukiskan sebagai kurangnya pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup yang pokok. Dikatan berada dibawah garis kemiskinan apabila pendapatan tidak cukupuntuk memenuhi kebutuhan hidup yang paling pokok seperti pangan, pakaian, tempat berteduh dan lain-lain. (Emil Salim, 1982)Atas dasar ukuran ini maka mereka yang hidup dibawah garis kemiskinan memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1. Tidak memiliki faktor
produksi sendiri seperti tanah, modal, keterampilan dan sebagainya
2. Tidak memiliki kemungkinan
untuk memperoleh asset produksi dengan kekuatan sendiri
3. Tingkat pendidikan mereka
rendah
4. Kebanyakan tinggal di desa
sebagai pekerja bebas, berusaha apa saja
5. Banyak yang hidup di kota
berusia muda dan tidak mempunyai keterampilan
Kemiskinan
menurut orang lapangan (umum) dapat dikategorikan kedalam tiga unsur:
· Kemiskinan yang di sebabkan
handicap badaniah ataupun mental seseorang
· Kemiskinan yang disebabkan
oleh bencana alam
· Kemiskinan buatan